Fairy Dust

Kamis, 10 Juni 2010

Sejarah Kehidupan Maluku

Maluku memiliki sejarah yang panjang mengingat daerah ini telah dikuasai bangsa asing selama kurang lebih 2300 tahun lamanya dengan didominasi secara berturut-turut oleh bangsa Arab, Portugis, Spanyol dan Belanda serta menjadi daerah pertempuran sengit antara jepang dan Sekutu pada era Perang Dunia ke II.

Para penduduk asli Banda berdagang rempah-rempah dengan negara-negara Asia lainnya, seperti Cina, paling tidak sejak zaman Kekaisaran Romawi. Dengan adanya kemunculan agama Islam, perdagangan didominasi oleh para pedagang Muslim. Salah satu sumber kuno Arab menggambarkan lokasi dari pulau ini berjarak sekitar lima belas hari berlayar dari Timur 'pulau Jaba' (Jawa)namun perdagangan langsung hanya terjadi hingga akhir tahun 1300an. Para pedagang Arab tidak hanya membawa agama Islam, tetapi juga sistem kesultanan, dan mengganti sistem lokal yang dimana didominasi oleh Orang Kaya, yang disamping itu lebih efektif digunakan jika berurusan dengan pihak luar.

Melalui perdagangan dengan para pedagang Muslim, bangsa Venesia kemudian datang untuk memonopoli perdagangan rempah-rempah dari Eropa antara 1200 dan 1500, melalui dominasi atas Mediterania ke kota pelabuhan seperti Iskandariyah Mesir, setelah jalur perdagangan tradisional mulai terganggu oleh Mongol dan Turki. Dalam menunjang monopoli ini kemudian mereka ikut serta dalam Abad Eksplorasi Eropa. Portugal mengambil langkah awal penjelajahan dengan berlayar ke sekitar tanjung selatan benua Afrika, mengamankan rute-rute penting perdagangan, bahkan tanpa sengaja menemukan pantai Brazil dalam pencarian ke arah selatan. Portugal akhirnya sukses dan pembentukan daerah monompolinya sendiri dan memancing keukasaan maritim lain seperti Spanyol-Eropa, Perancis, Inggris dan Belanda untuk mengganggu posisinya.

Karena tingginya nilai rempah-rempah di Eropa dan besarnya pendapatan yang dihasilkan, Belanda dan Inggris segera terlibat dalam konflik untuk mendapatkan monopoli atas wilayah ini. Persaingan untuk memiliki kontrol atas kepulaiuan ini menjadi sangat intensif bahakn untuk itu Belanda bahkan memberikan pulau Manhattan (sekarang New York), di pihak lain Inggris memberikan Belanda kontrol penuh atas kepulauan Banda. Lebih dari 6.000 jiwa di Banda telah mati dalam Perang Rempah-Rempah ini. Dan dikemudian hari, kemenangan atas kepulauan ini dikantongi Kerajaan Belanda

Arkeologi

Bukti arkeologi paling awal adanya okupasi manusia di wilayah ini ditemukan sekitar tiga puluh dua ribu tahun, tetapi bukti adanya permukiman yang lebih tua di Australia mungkin mengindikasikan bahwa Maluku telah memiliki pengunjung sebelumnya. Bukti bahwa semakin meluasya hubungan perdagangan jarak jauh dan frekuensi okupasi terhadap kepulauan lain yang menjadi semakin tinggi, dimulai sekitar sepuluh ribu hingga lima belas tahun kemudian. Batu permata dan perak yang biasanya digunakan sebagai mata uang di semenanjung India sekitar 200 sebelum Masehi telah ditemukan pada beberapa pulau. Maluku pada saat itu berkembang menjadi daerah kosmopolitan di mana para pedagang rempah-rempah dari seluruh wilayah menetap disana, termasuk para pedagang Arab dan Cina yang mengunjungi atau bermaksud untuk tinggal di daerah tersebut.

Era Portugis dan Spanyol

Selain dari adanya pengaruh kebudayaan hal yang paling signifikan dari efek kehadiran Portugis adalah gangguan dan disorganisasi perdagangan Asia namun disamping itu adalah adanya penyebaran Agama Kristen di Indonesia Timur termasuk Maluku. Portugis yang telah menaklukkan Malaka pada awal abad keenambelas dan pengaruh mereka terasa sangat kuat di Maluku dan kawasan lain di timur Indonesia. Setelah penaklukan Portugis atas Malaka pada bulan Agustus 1511, Afonso de Albuquerque pelajari rute ke Kepulauan Banda dan Kpulauan Rempah-Rempah lainnya dengan mengirim sebuah penjelajahan tiga kapal ekspedisi di bawah pimpinan António de Abreu, Simao Afonso Bisigudo dan Francisco Serrano. Di tengah perjalanan untuk kembali, Francisco Serrao yang terdampar di pulau Hitu (Ambon utara) pada 1512. Ia mendirikan hubungan dengan penguasa lokal yang terkesan dengan kemampuan militer. Adanya pertikaian antara Kerajaan Ternate dan Tidore juga melibatkan Portugis.
Setelah bergabung dengan Ternate, Serrão kemudian membangun benteng di pulau tersebut dan menjadi kepala duitan dari para serdadu Portugis di bawah pelayanan satu dari dua sultan yang berkuasa mengendalikan perdagangan rempah-rempah. Namun dengan adanya penyebaran agama Kristen mengakibatkan terjadinya ketegangan dengan Penguasa Ternate yang adalah Muslim. Ferdinand Magellan Serrão mendesak dia untuk bergabung di Maluku,dan memberikan informasi para penjelajah tentang Kepulauan rempah-rempah. Akan tetapi, keduanya meninggal sebelum sempat bertemu satu sama lain. Pada tahun 1535 Raja Tabariji diberhantikan dan dikirim ke Goa oleh Portugis. Ia kemudaun menganut Kristen serta mengubah namanya menjadi Dom Manuel. Setelah dinyatakan bersalah, dia dikirim kembali ke takhtanya kembali, tetapi meninggal dalam perjalanan di Melaka pada 1545. Meskipun begitu, ia mewariskan pulau Ambon kepada Ayah Baptisnya yang adalah seorang Portugis, Jordão de Freitas. Setelah kejadian pembunuhan Sultan Hairun oleh Portugis, Ternate keudian mengusir mereka pada tahun 1575 setelah pengepungan selama 5 tahun.
Pendaratan Portugis yang pertama di Ambon terjadi pada tahun 1513, yang dikemudian hari akan menjadi pusat kegiatan Portugal di Maluku setelah pengusiran dari Ternate. Kekuatan Eropa didaerah tersebut pada saat itu lemah, dan Ternate makin menyebarkan kekuasaannya sebagai Kerajaan Islam anti Portugis dibawah pimpinan Sultan Baab Ullah dan anaknya Sultan Said. Di Ambon, Portugis mendapat perlawanan dari penduduk muslim lokal di daerah utara pulau tesebut terutama di Hitu yang telah lama menjalin hubungan kerjasama perdagangan dan agama dengan kota-kota pelabuhan di pantai utara Jawa.Sesungguhnya, Portugis tidak pernah berhasil mengendalikan perdagangan rempah-rempah lokal, dan gagal dalam upaya untuk membangun otoritas mereka atas kepulauan Banda, pusat produksi pala.
Spanyol kemudian mengambil kontrol atas Ternate dan Tidore. Misionaris dan saah satu dari Orang Suci Katholik, Santo Fransiscus Xaverius (Saint Francis Xavier), tiba di Maluku pada tahun 1546-1547 kepada orang Ambon, Ternate dan Morotai serta meletakkan dasar untuk misi permanen disana. Dengan tibanya beliau disana, 10.000 orang telah dibaptis menjadi Katholik, dengan presentase terbanyak di pulau Ambon dan sekitar tahun 1590 terdapat 50.000 bahkan 60.000 orang telah dibaptis, walaupun beberapa daerah sekitarnya tetap menjadi daerah Muslim.
Selama pekerjaan Misionaris, telah terdapat komunitas Kristen dalam jumlah besar di daerah timur Indonesia selama beberapa waktu, serta telah berkontribusi terhadap kepentingan bersama dengan Eropa, khususnya di antara orang Ambon. Pengaruh lainnya termasuk sejumlah besar kata berasal dari Indonesia Portugis yang di samping Melayu merupakan bahasa pergaulan sampai awal abad kesembilanbelas. Kata-kata dalam Bahasa Indonesia seperti pesta, sabun, bendera, meja, Minggu, semua berasal dari bahasa Portugis. Banyak pula nama-nama keluarga di Maluku berasal dari Portugis seperti de Lima, Waas, da Costa, Dias, de Fretas, Gonsalves, Mendosa, Rodrigues, dan da Silva.

Kerajaan Belanda

Orang Belanda tiba pada tahun 1599 dan melaporkan adanya usaha Portugis untuk memonopoli perdagangan tradisional mereka. Setelah Orang Ambon berhasil membantu Belanda dalam membangun benteng di Hitu Lama, Portugis memulai kampanye melawan bantuan terhadap Ambon dari Belanda. Setelah 1605 Frederik Houtman menjadi gubernur Belanda pertama Ambon. VOC merupakan perusahan perdagangan Belanda yang terhambat oleh tiga faktor daam menjalankan usahanya yaitu: Portugis, penduduk lokal dan Inggris. Sekali lagi, penyelundupan merupakan satu-satunya cara untuk monopoli Eropa. Selama abad ke-17, Banda melakukan perdagangan bebas dengan Ingris. Upaya Belanda adalah dengan mengurangi jumlah penduduk asli Banda lalu mengirim lainnya ke luar pulai serta mendirikan instalasi budak kerja.
Walaupun lainnya kembali menetap di Kepulauan Banda, sisa wilayah Maluku lainnya tetap sangat sulit untuk berada dibawah kontrol asing bahkan setelah Portugis mendirikan stasiun perdagangannya di Makassar, terjadi pemberontakan penduduk lokal pada tahun 1636 dan 1646. Dibawah kontrol kompeni Maluku teradministrasi menjadi residen Belanda yaitu Ternate di Utara dan Amboyna (Ambon) di selatan.

Perang Dunia II

Pecahnya Perang Pasifik tanggal 7 Desember 1941 sebagai bagian dari Perang Dunia II mencatat era baru dalam sejarah penjajahan di Indonesia. Gubernur Jendral Belanda A.W.L. Tjarda van Starkenborgh , melalui radio, menyatakan bahwa pemerintah Hindia Belanda dalam keadaan perang dengan Jepang. Tentara Jepang tidak banyak kesulitan merebut kepulauan di Indonesia. Di Kepulauan Maluku, pasukan Jepang masuk dari utara melalui pulau Morotai dan dari timur melalui pulau Misool. Dalam waktu singkat seluruh Kepulauan Maluku dapat dikuasai Jepang. Perlu dicatat bahwa dalam Perang Dunia II, tentara Australia sempat bertempur melawan tentara Jepang di desa Tawiri. Dan, untuk memperingatinya dibangun monumen Australia di desa Tawiri (tidak jauh dari Bandara Pattimura). Dua hari setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, Maluku dinyatakan sebagai salah satu propinsi Republik Indonesia. Namun pembentukan dan kedudukan Propinsi Maluku saat itu terpaksa dilakukan di Jakarta, sebab segera setelah Jepang menyerah, Belanda (NICA) langsung memasuki Maluku dan menghidupkan kembali sistem pemerintahan colonial di Maluku. Belanda terus berusaha menguasai daerah yang kaya dengan rempah-rempahnya ini ? bahkan hingga setelah keluarnya pengakuan kedaulatan pada tahun 1949 ? dengan mensponsori terbentuknya ?Republik Maluku Selatan? (RMS).